Setelah sebelumnya
dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan program yang bernama “Kurtilas”
atau biasa dikenal dengan kurikulum 2013 saat ini dunia pendidikan kembali
dihebohkan dengan wacana penerapan “Full Day School”. Bukan menjadi hal baru
bagi pendidikan di Indonesia ketika terjadi pergantian menteri akan diikuti
dengan pergantian kebijakan. Kebijakan yang kali ini menuai pro dan kontra di
masyarakat adalah kebijakan “Full Day School” yang dicanangkan oleh menteri
yang baru.
“Full Day School”
secara umum berarti program sekolah yang mengadakan proses belajar mengajar
selama sehari penuh. Umumnya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dari jam
07.00 sampai jam 16.00. Dengan diberlakukannya sistem “Full Day School” ini
diharapkan anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dengan
kegiatan-kegiatan yang positif. Namun, muncul banyak pro-kontra terhadap wacana
pemberlakuan sistem ini.
Meskipun program “Full
Day School” ini direspon baik oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla namun banyak juga pihak yang merasa keberatan dengan program “Full
Day School”. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan program ini umumnya adalah
orang tua siswa sekolah dasar. Program ini rencananya akan diterapkan pada
jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Untuk jenjang sekolah
dasar, 80 persen pendidikan karakter dan 20 persen pengetahuan umum. Sedangkan
untuk jenjang sekolah menengah pertama, 60 persen pendidikan karakter dan 40
persen pengetahuan umum.
Adapun beberapa hal
yang dianggap positif dengan diterapkannya program “Full Day School” ini siswa
terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat setelah pulang sekolah, sistem ini
membantu siswa dalam pengembangan diri dengan kegiatan ekstrakulikuler,
membantu orang tua dalam mengamati perkembangan anak dan masih banyak lagi hal
positif yang bisa didapat dari program ini.
Seperti halnya kutub di
bumi ini ada kutub positif dan kutub negatif kebijakan ini juga menimbulkan
beberapa hal yang dianggap negatif diantaranya adalah siswa dikhawatirkan
mengalami stress, siswa kekurangan waktu bersama orang tua, tidak semua sekolah
memiliki fasilitas yang memadai, dan pemberlakuannya tidak bisa berlaku sama
rata.
Baik dampak positif
maupun dampak negatif dengan diterapkannya program “Full Day School” ini kita
semua berharap terjadi perubahan yang baik bagi pendidikan di Indonesia. Pihak
pemerintah juga harus terus mengkaji secara lebih detil dalam penerapan program
“Full Day School” sehingga dampak perubahan tersebut dapat lebih diminimalisir
dan dengan mudah menemukan jalan keluarnya.