Minggu, 21 Agustus 2016

Setelah Kurtilas Kini Muncul Full Day School

Setelah sebelumnya dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan program yang bernama “Kurtilas” atau biasa dikenal dengan kurikulum 2013 saat ini dunia pendidikan kembali dihebohkan dengan wacana penerapan “Full Day School”. Bukan menjadi hal baru bagi pendidikan di Indonesia ketika terjadi pergantian menteri akan diikuti dengan pergantian kebijakan. Kebijakan yang kali ini menuai pro dan kontra di masyarakat adalah kebijakan “Full Day School” yang dicanangkan oleh menteri yang baru.
“Full Day School” secara umum berarti program sekolah yang mengadakan proses belajar mengajar selama sehari penuh. Umumnya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dari jam 07.00 sampai jam 16.00. Dengan diberlakukannya sistem “Full Day School” ini diharapkan anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Namun, muncul banyak pro-kontra terhadap wacana pemberlakuan sistem ini.
Meskipun program “Full Day School” ini direspon baik oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla namun banyak juga pihak yang merasa keberatan dengan program “Full Day School”. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan program ini umumnya adalah orang tua siswa sekolah dasar. Program ini rencananya akan diterapkan pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Untuk jenjang sekolah dasar, 80 persen pendidikan karakter dan 20 persen pengetahuan umum. Sedangkan untuk jenjang sekolah menengah pertama, 60 persen pendidikan karakter dan 40 persen pengetahuan umum.
Adapun beberapa hal yang dianggap positif dengan diterapkannya program “Full Day School” ini siswa terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat setelah pulang sekolah, sistem ini membantu siswa dalam pengembangan diri dengan kegiatan ekstrakulikuler, membantu orang tua dalam mengamati perkembangan anak dan masih banyak lagi hal positif yang bisa didapat dari program ini.
Seperti halnya kutub di bumi ini ada kutub positif dan kutub negatif kebijakan ini juga menimbulkan beberapa hal yang dianggap negatif diantaranya adalah siswa dikhawatirkan mengalami stress, siswa kekurangan waktu bersama orang tua, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai, dan pemberlakuannya tidak bisa berlaku sama rata.

Baik dampak positif maupun dampak negatif dengan diterapkannya program “Full Day School” ini kita semua berharap terjadi perubahan yang baik bagi pendidikan di Indonesia. Pihak pemerintah juga harus terus mengkaji secara lebih detil dalam penerapan program “Full Day School” sehingga dampak perubahan tersebut dapat lebih diminimalisir dan dengan mudah menemukan jalan keluarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar